Jaga Dua Sayap/ Dua Sisi, Ekonomi tidak akan tenggelam/jatuh

Sebagai anak Kuantan, kemampuan berenang mutlak dikuasai. Demikian juga dengan saya. Banyak motif yang melatarbelakangi, di antaranya yang utama adalah citra. Seorang anak yang tinggal di tepian Kuantan adalah aneh apabila tidak bisa berenang. Otomatis, dia akan menjadi sumber gunjingan dan bahan ejekan. Motif penting lain: permainan di sungai adalah permainan turun-temurun yang khas. Musim kemarau dan juga musim banjir justru dinanti-nanti. Pada musim kemarau, anak-anak dengan bebas dapat bermain-main di pasir dan kemudian dilanjutkan ke sungai. Sebaliknya pada musim banjir, anak-anak dapat bermain perahu di depan rumah sambil mengitari kebun buah-buahan yang bebas hambatan karena pagarnya sudah tenggelam oleh air. Kesemuanya itu menuntut suatu kemampuan dasar, yakni berenang.


 

Keinginan untuk bisa berenang demikian kuatnya dalam hati saya, oleh karenanya berbagai cara ditempuh. Mulai dari mengikuti mitos kuno bahwa makan makanan yang pedas dapat mempercepat kepandaian berenang, sampai dengan mengikuti latihan yang intensif. Telinga yang sering kemasukan air, mata yang pedih karena lama di dalam air, badan yang lisut karena lama direndam tidak dipikirkan. Yang penting bisa berenang.


 

Berenang pada dasarnya hanyalah sederhana, yakni bisa menjaga keseimbangan badan antara sisi kiri dan sisi kanan. Apabila seseorang bisa menjaga keseimbangannya, dia tidak akan tenggelam. Penjagaan keseimbangan tersebut bisa dilakukan dengan kaki, dengan mengatur tekanan badan sehingga badan dalam keadaan diam dapat mengapung seumpama sebatang kayu yang hanyut selama berjam-jam, dan yang utamanya dengan menggunakan kedua tangan.


 

Kedua tangan pada orang yang berenang berfungsi sama seperti sayap pada burung atau pesawat terbang. Apabila salah satu sayap tidak berfungsi, burung atau pesawat tersebut akan jatuh.


 

Kebijakan ekonomi suatu negara juga seakan-akan gerakan berenang atau gerakan terbang. Dia memiliki dua sisi/sayap yang keduanya harus saling seimbang. Kedua sayap tersebut adalah kapitalisme dan sosialisme. Kita tidak dapat mengatakan mana yang benar dan mana yang salah dari kedua pandangan ekonomi tersebut, karena kedua-duanya mengandung kebenaran dan juga mengandung kesalahan, tergantung pada waktu.


 

Kebijakan perekonomian yang terlalu mengatur sebagaimana diterapkan pada negara-negara sosialis ternyata berdampak buruk karena menyebabkan turunnya motif usaha. Karenanya dunia usaha tidak berkembang dan selanjutnya perekonomian juga menjadi goyah. Sebaliknya kebijakan yang terlalu membebaskan dunia usaha ternyata juga menimbulkan ketimpangan-ketimpangan terutama pada golongan buruh dan usaha bermodal kecil.


 

Agar perekonomian berjalan, perlu diberi ruang kepada dunia usaha untuk bergerak namun harus mencegah perilaku semena-mena terhadap buruh dan usaha kecil. Dengan demikian, suara dari kaum sosialis perlu didengar. Sejalan dengan itu, pemerintah juga harus memberi kebebasan kepada dunia usaha dan membuka peluang kompetisi yang sehat. Karenanya, suara dari kaum kapitalis juga perlu didengar.


 

Seumpama pesawat yang terbang sampai ke sasaran di mana kedua sayapnya senantiasa seimbang sehingga pesawat tidak jatuh dalam perjalanan, atau seumpama seseorang yang berenang di mana kedua sisi tubuhnya harus tetap seimbang agar tidak tenggelam, kebijakan perekonomian suatu negara haruslah merupakan suatu kompromi dari suara kaum kapitalis dan sosialis sebagaimana telah filosofi dasar perekonomian yang dianut oleh UUD '45.


 

Tapi, dalam kenyataannya kita melihat bahwa asumsi yang berjalan di masyarakat hanya dua, yakni kegagalan kapitalisme dan kegagalan sosialisme. Yang kita baca sehari-hari hanyalah suara orang-orang yang mendukung satu aliran saja, tetapi jarang yang mendukung kompromi antara kedua aliran. Entah sampai kapan?????

Comments